1. Niat dan Ikhlas karena Allah
Niat merupakan awal segala tindakan. Jika niatnya baik, maka baik pula amalnya, dan sebaliknya. Sebagaimana dikatakan bahwa sesungguhnya amal seseorang itu tergantung niatnya.
Sementara jika kita refleksikan, banyak sekali di zaman sekarang ini anak-anak yang menempuh pendidikan hanya untuk mendapatkan nilai dan ijazah. Dan ada pula yang hanya ingin punya pekerjaan.
Padahal seharusnya niat utamanya adalah mencari ilmu karena Allah. Jika ilmu dan ridha Allah didapatkan, maka Insyaallah mudah pula mendapat nilai, ijazah dan pekerjaan. Bukan sebaliknya.
2. Mencari Ilmu dari Ahlinya
Dalam hal ini yang dimaksud ahlinya adalah orang ahli di bidang ilmu tertentu, bukan setengah-setengah. Sehingga kata ahlinya juga bisa disandangkan pada guru dan dosen, orang yang kompeten di bidangnya.
Guru matematika harus menguasai ilmu matematika. Dosen manajemen harus menguasai ilmu manejemen. Yang tidak benar adalah guru bahasa Indonesia mengajar sosiologi, dan sebagainya.
3. Menghormati Guru
Ada ungkapan bahwa seseorang yang menginginkan sesuatu, maka harus mencintai sesuatu itu. Sedangkan dalam pendidikan antara ilmu dan guru adalah satu. Ilmu terdapat pada diri seorang guru.
Sehingga jika kita ingin mendapatkan ilmu yang dimaksud, maka harus juga menghormati guru (mendapatkan hati guru). Tujuannya adalah agar terdapat kesukarelaan, keterbukaan dan keikhlasan antara guru terhadap siswa dalam menyampaikan ilmunya.
4. Tidak Menyakiti Hati Guru
Mengapa tidak boleh menyakiti hatinya? Karena ruh dari ilmu seorang guru ada dalam hatinya. Jika hati guru sakit, maka secara tidak langsung terdapat penganiayaan terhadap guru itu. Padahal Allah melindungi orang yang teraniaya dan memberi pembelasan serupa. Pembalasan itu berupa hilangnya keberkahan ilmu dalam diri murid/siswa.
5. Tekun Belajar dan Mengamalkannya
Inti dari mencari ilmu terletak pada mempelajarinya dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sekalipun ilmunya sedikit. Karena ilmu yang dipelajari oleh seseorang tetapi tidak diamalkan, menurut kitab Durusul Akhlak, akan disiksa sebelum orang-orang kafir disiksa.
6. Tidak Meremehkan Wali Allah
Maksudnya adalah perlu bagi seorang pencari ilmu untuk mengakui, menghormati dan bahkan mendoakan para wali Allah. Apa alasannya? Karena penyampaian ilmu itu seperti piramida yang ujungnya adalah Allah SWT.
Seorang guru memiliki guru, memiliki guru, terus ke wali, tabiit tabiin, para sahabat, Nabi hingga sampai pada Allah SWT. Dengan demikian perlu kita bertawasul kepada mereka, walaupun hanya lewat doa dan kiriman Al-Fatihah. Ini merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan keberkahan ilmu dari mereka.
7. Takwa kepada Allah
Setelah seseorang tersambung dengan guru dan para wali hinggga nabi Allah, maka selanjutnya adalah mendekatkan diri dengan ibadah kepada Allah. Mengapa demikian? Karena inti dari pembelajaran seseorang adalah untuk mendapatkan jalan menuju hubungan yang vertikal (dengan Allah) sebelum akhirnya disempurnakan dengan hubungan yang horizontal (dengan mahluk).
Maka tidak heran jika ilmu agama lebih utama daripada ilmu umum (alam) lainnya. Dengan demikian tidak boleh tidak seorang murid harus mendekatkan diri kepada sang pencipta untuk mendapatkan hakikat ilmu yang berkah (ilahiyah).
8. Menjauhkan Diri dari Sifat-sifat Tercela
Ini juga yang sulit ditemukan di zaman sekarang ini. Banyak sekali anak-anak yang tawuran, pergaulan bebas, memukul gurunya dll. Hati sebagai rumah pertama bagi ilmu seseorang harus dibersihkan dari hal-hal yang kotor. Sehingga ilmu mudah bersarang dan didapat dengan hati yang ikhlas.
Sumber: http://www.datdut.com/agar-ilmu-didapat-jadi-berkah-bagi-hidupmu-8-cara-mendapatkannya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar